New Life

Hola.. apa kabar para bloggers? berasa banget ya sejak postinganku terakhir kali tahun 2013. Berkali-kali mencoba nulis lagi (hampir setiap tahun), tapi apa daya ketikan cuma berakhir di kolom draft. Dan sekarang, saat ini aku terduduk di meja ruang makan rumah, membuka laptop, dengan dorongan suami (tepatnya paksaan yang menjurus ke omelan keras) supaya aku mulai nulis lagi. "Buat apa sih nulis lagi?", tanyaku. Dia bilang "ya nulis aja lah, kamu kan suka nulis.". Deg! 

Ya. sekarang aku punya kehidupan baru. Baru seperti apa menurut kalian?rumah baru?potongan rambut baru?pekerjaan baru?

Suami yang aku sebut diatas, memang dalam arti yang sebenernya. Memang ada suami palsu? Lalu apa bedanya? bedanya adalah orangnya. Individunya. Namanya. Manusianya. Sifat, karakter, hobi, hampir semuanya beda.

Suami baru? Yes! 💖


Well, im divorced. Kenapa bisa? mungkin butuh waktu selama waktuku vakum ngeblog kali ya buat jelasin kenapa bisa cerai. Haha. Karena cerai bagiku bukan hanya masalah antara sepasang suami istri , tapi juga masalah kedua orang tua, keluarga besar, dan tentunya bagi anak, karena aku punya 1 anak dari pernikahanku dulu.

Singkat cerita, aku berhasil melewati semua episode remang-remang itu. Alhamdulillah. Aku sebut remang-remang kenapa? karena menurutku semua perjalanan hidup kita itu adalah pelajaran. Baik buruk, susah senang, berat ringan, semua mengandung hikmah yang bisa kita ambil, klo kita mau tentunya! Aku sebut remang-remang karena aku masih bisa dan mampu berjalan terus melewatinya sehingga pada akhirnya aku menemui setitik cahaya kembali untuk memulai episode yang baru dalam hidup.

Aku memulai hidup baru dengan pasangan baru. Partner baru. Suami baru. Lucunya, aku menikah dengan lelaki yang setahun lebih muda dariku. Haha. Karma? menurutku begitu. Sejak dulu jaman masih duduk di bangku SMA, aku paling anti yang namanya pacaran dengan cowok yang lebih muda. Ogah. Males. Entah kenapa tapi menurutku aku berasa macarin adekku sendiri, haha!

Tapi sebenernya aku ketipu lho. Kocak sih. Awal perkenalan dia cerita klo sebenernya umur dia di-muda-in setahun buat masuk sekolah. Hah, dimudain?? wlopun bingung dengan istilah itu, tapi dia kekeuh banget jelasinnya sampe pada akhirnya aku percaya, dan menerimanya. Haha, dasar bego! 😆

Awal perkenalan dengan dia, PR terbesar buatku adalah anak. Gimana ya caranya supaya anakku bisa menerima dia. Sebagai temen dulu lah setidaknya. Temen ibunya. Selain itu, aku juga merasakan kegalauan besar, apakah dia bisa menerima anakku. Aku yang berstatus janda dengan 1 anak. Janda coy 😓

Disinilah aku merasa berhasil mendidik anakku. Dia bertumbuh menjadi anak yang dewasa. Pemikiran dia dan cara dia menghadapi masalah orang tuanya yang sudah pasti sangat berimbas ke kehidupan dia. Aku inget banget waktu pertama kali mencoba memberitahunya bahwa ayah dan bundanya harus hidup terpisah rumah, itulah saat pertama aku berkomunikasi dengan dia secara verbal mengenai kondisiku dengan ayahnya. Gimana respon dia? saat itu, anakku baru berumur 9 tahun. Aku bilang, "nanti ayah sama bunda bakal tinggal di rumah yang terpisah ya nak?". Dia bilang, "iya aku tau bunda, ayah sama bunda akan bercerai kan?"

Episode remang-remang itu mulai memudar. Sedikit. Anakku kuat. Dia baik-baik saja. Terlihat baik-baik saja. Mungkin. Entahlah. Semoga.

Tibalah saat aku mengenalkan anakku dengan dia. Lelaki setahun dibawahku itu. Entah dari mana asalnya, mereka bisa dengan mudahnya akrab. Sepertinya ibu lelaki itu juga berhasil mendidiknya menjadi anak yang baik. 

Anakku memanggilnya dengan sebutan random. Kadang "Mas", kadang "Om", kadang "D". Apa itu "D"? 

Mereka menjadi temen. Selama ini temen anakku cuma aku, emaknya yang bawel ini, haha! Tentunya aku girang ga ketulungan melihat kondisi seperti itu. Anakku terkenal picky untuk urusan temen. Anakku berbeda dengan temen seumurannya. Ketika temen-temennya sibuk bermain game di handphone, anakku sibuk membaca wikipedia Steve Jobs. Ketika temen-temennya sibuk nonton kartun Spongebob, anakku sibuk yutub-ing sains.

Mungkin baru kali ini anakku merasa menemukan temen yang cocok. Dia lah "D". 

Disitulah awal episode remang-remangku semakin memudar. Terus dan terus. Saat dimana anakku, Fiqa bertemu dan menjadi temen lelaki yang pada akhirnya menjadi suamiku, "D". 

Daroh Fuad Subekti.

💚








Comments

  1. Mbaeeeeeee
    Micuuu tomat :3


    Terakhir ketemu ya di acara IMB yes ckck.

    Salam hangat untuk keluarga ya mba. Salam untuk Fiqa.
    Btw, aku sekarang kerja jadi guru mbae, guru SD. Pasti cocok nih ngobrol ama Fiqa, berasa seumuran hahaha XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. waaaa.. waktu cepat berlalu ya, waktu ketemu di IMB mah kamu masi abege, skrg uda jadi bu guru aja :))

      jadi guru SD mana sih?

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jalan-jalan ke Phuket

Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

Kamu Inspirasiku : Trinity (The Naked Traveler)

For my very first time ke Tanah Sulawesi....

Resensi Novel : 99 Cahaya di Langit Eropa

Oh Tetanggaku...

Kuliner Palopo

Traveling ke Palopo

Bekpeking Pertama Kali

100 Blogger Nobar IMB (Part II)