Pelajaran dari Jalanan


Pada suatu sore sepulang dari kantor, entah kenapa rute jalan balik ke rumah sengaja saya ganti, yang biasanya lurus, mendadak belok melalui jalan yang lebih panjang karena harus memutar. Yang saya pikirkan saat itu hanya lah saya akan melewati jalan yang lumayan longgar, tanpa tersendat walaupun jaraknya akan lebih jauh. Entah kenapa pula, ketika melihat ada SPBU di kiri jalan, saya pun memilih belok dan mengisi bahan bakar. Padahal bahan bakar saya masih cukup untuk sampai ke rumah.

Suasana SPBU itu lumayan sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang mengisi bahan bakar, tidak lebih dari 5 kendaraan. Ketika petugas SPBU sedang mengisi bahan bakar kendaraan saya, mata saya tidak sengaja tertuju ke seorang bapak tua, mungkin lebih tepat saya panggil kakek karena beliau sudah tampak tua, dengan kulit keriput, rambut beruban, baju kotor dan lusuh, duduk di pojokan. Duduk di aspal tanpa alas apapun. 

Saya lihat kakek itu merangkak ke tengah jalan dengan wajah tersenyum sumringah. Ternyata si kakek nemu uang koin di tengah jalan. Didekapnya uang koin yang baru saja dia temukan itu. Sambil tetap tersenyum bahagia. Melihat kejadian yang hanya beberapa detik itu, membuat mata saya mendadak panas, dan kemudian jatuh lah airmata saya. Ya Allah, begitu berarti nya uang koin yang mungkin hanya senilai 1000, 500, 200, atau bahkan mungkin hanya 100 rupiah saja. Begitu hebatnya nilai uang koin itu sampai bisa membuat wajah si kakek dengan ikhlasnya tersenyum, dan saya yakin pasti beliau bersyukur karena udah nemu uang koin itu.

Seketika itu juga saya merasa tertampar. Tertampar oleh seorang kakek berbaju kotor dan lusuh. Kakek yang penuh rasa syukur kepada Allah atas apa yang dia miliki. Melupakan apa yang tidak dia miliki. Subhanallah. Saya dekati si kakek, kemudian saya berikan uang yang tidak seberapa jumlahnya, dan saya pun melihat senyum dari wajah si kakek. Lagi. Bahkan lebih lebar. Senyum bahagia dan tulus. Didekapnya uang yang saya berikan dengan kedua tangan nya. Lalu dirapatkan ke dada nya.

Sepanjang perjalanan pulang, airmata saya tidak hentinya mengalir. Malah semakin deras. Pikiran saya jauh melayang tentang bagaimana si kakek tadi hidup. Dimana rumahnya, dimana keluarganya. Dalam hati saya berdoa, "Allah, lindungilah dia". 

Pelajaran yang begitu berharga saya dapatkan hari itu. Bukan di sekolah, bukan di kampus, bukan pula di kantor, bukan dari seseorang yang berbaju rapi dan berpendidikan tinggi. Tapi saya dapatkan pelajaran dari seorang kakek yang saya temui di jalanan. Terima kasih Allah, Engkau kirimkan kakek itu agar saya selalu belajar bagaimana caranya bersyukur. Bersyukur atas segala yang saya miliki. Dan berhenti berkeluh kesah. 
 

Comments

  1. Terenyuh aku bacanya,,,hiks,,hiks,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, semoga kita semua senantiasa bersyukur ya :)

      Delete
  2. asik nih ceritanya, aku dong mba dibagi buat beli ipad, hehe

    ReplyDelete
  3. alhamdulillah ceritanya membuat saya teringat dengan kejadian yg hampir serupa saya alami tahun lalu, terenyuh dan selalu ingin meneteskan air mata.
    semoga dengan artikel diatas kita bisa selalu bersyukur ke Allah atas apa yg telah dianugerahkannya kepada kita, baik itu rizki uang, kesehatan, dll:)

    ReplyDelete
  4. Cerita yang penuh makna,dan mengingatkan saya untuk bersyukur atas segala karunia-NYA. Terimakasih sobat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, semoga kita selalu menjadi makhluk yang bersyukur, amin :)
      Makasii juga mas Wid ;)

      Delete
  5. saya pun tersentuh membaca ini, mbak. lagi-lagi soal perspektif. betapa sesuatu yang bagi kita tak bernilai, ternyata sangat berarti buat orang lain. Allah memberikan rizki berbeda-bada ya...
    tapi yang mungkin harus disadari menjadi keunggulan komparatif buat bapak itu adalah, beliau tidak banyak punya kewajiban sebagaimana yang dipunyai oleh orang yang berkecukupan secara materi. dan tahulah kita, bahwa surga lebih terbuka buat orang-orang seperti beliau.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huhuhu, setiap kali inget kejadian itu pasti mbrebes mili, lha ini komen nya juga bikin mbrebes mili. Alhamdulillah berarti hati kita masih "hidup" ya mas :)

      Delete
    2. saya juga pernah menemui seseorang seperti kakek tersebut di jalanan.. yg menjadi pemikiran saya kala itu adalah apa saya kelak membiarkan orang tua saya seperti itu? sedih hati ini.. saya hanya berdoa supaya kelak diberi kemampuan dan kesempatan merawat orang tua saya

      Delete
    3. Itu juga yang terpikir oleh saya mas, betapa sedihnya kita ketika melihat orang tua kita berada di jalanan seperti itu :(

      Delete
  6. aq juga terenyuh, mbak...
    semoga Allah selalu bukakan mata hati kita atas kejadian2 seperti ini, dan menjadikan kita hamba2 yang pandai bersyukur...

    ReplyDelete
  7. Terimakasih sob telah menulis pengalaman rasa yang mengharukan

    kita akan menemukan hati kita yang lembut pada yang demikian, di orang2 yg kekurangan, di orang yg kelaparan, dan di orang2 lemah yg lain

    kadang aku malu, masih merasa kurang. Tapi ketika melihat mereka, betapa hebatnya... Ya seperti yg sobat katakan, mereka mudah untuk bersyukur apabila mendapat rizki ntah berapa, dan mereka mensyukuri apa yg ada dan mereka melupakan apa yg tak dimiliki

    terimakasih telah mengemas dalam basaha sederhana, nan simpel

    semoga kita, aku tak mudah lupa :-( thanks again

    ReplyDelete
  8. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  9. Hm, tadi kyaknya dobel... :-( tlanjur dhapus eh ilang...

    Thanks untuk sharenya kali ini, dgn bhasa yg sderhana n mengena

    .
    Kadang saya juga lupa dan malu ketika melihat mereka. Yg bsa bersyukur walau hanya dgn sedikit rizki yg mereka dapat... Ntah juga bagaimana cra mereka hidup...

    Dan memang, kita akan menemukan hati kita yg lembut di mereka, di org kekurangan, di fakir miskin, di anak jalan...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah klo posting saya juga berguna buat yang lain :)
      Semoga kita pun bisa menjadi makhluk yang selalu bersyukur kepada Allah ya :)

      Terima kasih udah mampir :)

      Delete
  10. saya pun terenyuh mbak...sama ceritanya...

    sy setuju bgt mbak...pelajarn berharga...banyak kita dapat keberadaanya justru di dekat kita....

    semoga kita lebih pandai bersyukur ya mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin amin YRA... Memang pelajaran berharga yang insya Allah bisa merubah pribadi saya :)

      Terima kasih mas Budi udah mampir dan follback ;)

      Delete
  11. itulah mereka sob ,selalu lebih bisa bersyukur di banding kita yang nota bene lebih beruntung di banding mereka..dan bersyukurlah hati kita masih ada untuk mereka....smaile*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya betul banget, saya pun begitu bersyukur karena ternyata hati saya masih "hidup"

      Thanks ya udah mampir :)

      Delete
  12. hikss....jd inget ma 0rtu...

    sm0ga kita bisa menjadi manusia yg slalu bersyukur :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, amin amin YRA :)

      Thanks ya udah mampir n follback :)

      Delete
  13. sesungguhnya bumi ALLAH yang maha luas ini adalah bahan pembelajaran bagi orang-orang yang mau mencari hikmah dibalik semua peristiwa yang dilihatnya...salam :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju banget mas, memang di dunia ini banyak hikmah di balik semua kejadian, tapi hanya yang "mau mencari" saja yang akan mendapatkan hikmah tersebut :)

      Terima kasih sudah mampir, salam ;)

      Delete
  14. Tersentuh gue dengan cerita ini sis,,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, ternyata banyak cerita di sekitar kita yang bisa membuka mata hati kita (klo kita mau melihat) :)

      makasih udah mampir... Salam :)

      Delete
  15. Replies
    1. saya juga masih sedih setiap kali inget kejadian itu :)

      Delete
  16. Saya menemukan kisah yg nyaris serupa di jalanan, tp beda ending. Ini kebalikannya. Orang yg tidak menghargai uang receh. Tertulis di blogku yg tdk terurus: http://sofyannh.blogspot.com/2011/01/nilai-sekeping-rupiah.html

    ReplyDelete
    Replies
    1. udah baca blog nya, ternyata kebalikan ya, memang banyak pelajaran di jalanan klo kita mau membuka mata dan hati

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jalan-jalan ke Phuket

Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

Kamu Inspirasiku : Trinity (The Naked Traveler)

For my very first time ke Tanah Sulawesi....

Resensi Novel : 99 Cahaya di Langit Eropa

Oh Tetanggaku...

Kuliner Palopo

100 Blogger Nobar IMB (Part II)

Traveling ke Palopo

Bekpeking Pertama Kali